(news.com.au)
INILAH.COM, Jakarta – Kasih sayang ayah dan anak ini menghasilkan balon pesawat luar angkasa. Balon itu memiliki misi untuk merekam kegelapan luar angkasa.
Bermodal balon cuaca biasa, iPhone dan kamera video, Luke Geissbuhler dan anaknya berusia tujuh tahun, Max akhirnya dapat melihat gelapnya luar angkasa tanpa harus membahayakan Max.
Tahun lalu terdapat kasus serupa oleh keluarga Heene, yang sempat menjadi berita utama karena anaknya hampir celaka.
Namun, kali ini seluruh anggota keluarga di Brooklyn Amerika Serikat (AS) ini bekerja selama delapan bulan untuk memulai misi pengiriman kamera ke stratosfir untuk merekam gelapnya luar angkasa.
Mereka menempatkan benda-benda tersebut dalam sebuah kotak polysterene kemudian memasangnya pada balon.
Mereka berharap kamera yang terpasang akan terus naik mencapai tekanan atmosfir yang membuat balon meletus dan mengirimkan kembali kotak tersebut ke bumi.
Selama perjalanan, balon itu bertahan dari suhu -51 derajat celsius dan terus naik. Saat kembali, kotak tersebut jatuh dengan kecepatan 240km/jam.
Pasangan itu melengkapi kotak tersebut dengan parasut dan GPS untuk mengetahui lokasi kotak tersebut melalui ponsel mereka.
Penghangat tangan ditambahkan untuk melindungi kamera dari dingin dan mengisolasi kapsulnya. Selain itu, kotak itu diberi catatan tahan air yang ditulis oleh Max berisi pesan bagi siapapun yang menemukan kotak ini agar mau mengembalikannya dan diberi imbalan.
Balon ini memasuki atmosfir dengan kecepatan sekitar 500 meter per menit. Setelah 40 menit berlalu, pesawat ini terkena hembusan angin berkecepatan 160km/jam.
Saat diluncurkan, balon ini memiliki diameter 40 cm, namun satu jam memasuki atmosfir diameter balon mengembang hampir enam meter.
Sepuluh menit kemudian, balon meletus pada jarak 30 km di atas bumi. Pasangan ini melihat pemandangan turunnya balon melalui kamera yang jatuh pada kecepatan 225 km/jam.
Pasangan ini kemudian menemukan balon ini turun dalam keadaan utuh, 45km dari tempat peluncuran. Saat ditemukan, balon ini tersangkut pohon setinggi 15 meter.
Profesor Astronomi Colombia University, Marcel Aguera mengatakan “Bagus sekali dan sangat beruntung.”
Sayang sekali baterai kamera habis pada menit 100 tepat dua menit sebelum mendarat
0 komentar:
Posting Komentar