Kamis, 29 Juli 2010

Byzantium War (Perang Bizantium)

Byzantium War (Perang Bizantium)

Kekaisaran Byzantium merupakan pecahan dari kekaisaran Romawi pada masa Justianus (527-565), wilayahnya mencakup sebelah timur Romawi, Yunani, Semenanjung Balkan, Asia Barat, Mesir dan sebagian Italia.

Nouve Rome, Constantinoupolis atau Constantinopel adalah ibukota Byzantium. Kota ini dikelilingi oleh tembok-tembok besar yang kokoh, disebut juga sebagai tembok Konstantin.

Berbeda dengan Romawi, agama resmi Byzantium adalah Nasrani. Setelah jatuhnya Romawi, kekaisaran Byzantium menjadi pelindung bagi wilayah Eropa Barat dari orang-orang Barbar, yaitu Bangsa Slavia Utara, Kaum Nomad di Rusia Selatan, para penunggang kuda Kirghizia, dan Bangsa Hun. Namun ancaman utamanya adalah Kekaisaran Ottoman.

Byzantium tercatat memiliki 120.000 pasukan terlatih regular disertai dengan sistem keamanan berlapis. Yaitu melakukan peleburan provinsi-provinsi lama kedalam provinsi baru yang disebut Themes. Setiap Themes dilengkapi dengan pusat komando dan di pimpin oleh seorang panglima perang setingkat jenderal. Angkatan Laut Byzantium senantiasa menjaga keamanan daerah pantai dan laut. Mereka menyiagakan kapal tempur untuk berpatroli setiap saat. Angkatan laut Byzantium menggunakan rantai-rantai besi sebagai pertahanan wilayah ibukota mereka, dari serangan kapal musuh.

Mehmet II
Lahir dengan nama Muhammad Al Fatih di Edirne, sebuah kota perbatasan antara Yunani dan Bulgaria. Ia adalah keturunan dari Beyazid I. Ayahnya seorang Sultan Kekaisaran Ottoman bernama Sultan Murad II, dan ibunya Huma Hatun.

Kekaisaran Turki Ottoman didirikan oleh bangsa keturunan mongol. Mereka berasal dari dinasti Saljuk. Dengan kaisar pertamanya Beyazid I.

Selagi dalam kandungan, seorang guru spiritual pernah mengatakan kepada Murad II, bahwa Tuhan telah mentakdirkan anaknya sebagai penakluk Constantinopel. Hal ini membuat Murad II semakin giat mengajarkan anaknya lmu perang, matematika, agama, bahasa Arab, Persia dan Turki.

Pada usia 11 tahun, Al Fatih hijrah dari Edirne menuju Amsya, bersamaan dengan meletusnya Perang Salib antara pasukan Serbia-Hunggaria dengan Turki Ottoman. Dalam pertempuran ini, Murad harus rela kehilangan Nis, Sofia, Wallachia dan Varna berikut tahta kesultanannya. Secara otomatis, Al Fatih bergelar Mehmet II menjadi sultan boneka bagi Eropa.

Perang Varna
Beberapa tahun kemudian, Mehmed II membujuk ayahnya untuk kembali berperang. Berbekal Pasukan Turki berjumlah 60.000 personil, lengkap dengan para pemanah, pasukan berkuda dan kesatuan yanisari, mereka siap menyerang pasukan Salib yang berjumlah 20.000 orang. Pasukan Salib merupakan pasukan koalisi dari Hunggaria, Jerman, Bosnia, Kroasia, Serbia, Bulgaria, Wallachia dan Ukarina, dipimpin oleh John Hunyadi.



Dalam perang ini, meskipun kehilangan 20.000 prajuritnya Turki Ottoman tampil sebagai pemenang, Sedangkan Pasukan Salib kehilangan 13.000 prajurit, berikut salah seorang panglima terbaiknya, Vladislav (ayah dari Vlad Staples). Mehmet II mempersilahkan ayahnya untuk kembali menjadi sultan.

Kemenangan ini mengangkat rasa percaya diri prajurit Ottoman untuk menyerang Constantinopel. Mereka merasa mendapat suntikan kekuatan baru, terkhusus bagi Mehmet II, beliau semakin giat mempelajari ilmu pengetahuan dan strategi perang. Setelah ayahnya mangkat. Ia naik tahta sebagai sultan untuk yang kedua kalinya.

Strategi sebelum menaklukan Constantinopel

1. Mehmet II tidak mau melakukan kesalahan seperti yang pernah dialami para pendahulunya. Ia banyak mencari informasi mengenai kota tua Constantinopel di berbagai literature. Sampai akhirnya ia menemukan satu mitos, rakyat Constantinopel percaya, bahwa mereka dilindungi oleh kekuatan dari bulan purnama.
2. Mendatangkan para ahli senjata dan logam untuk membuat Orban.

3. Menyiapkan 250.000 pasukan yang telah dilatih selama bertahun–tahun, dengan Pasukan Yanisari di garda depan.

4. Melakukan berbagai perjanjian dengan Negara-negara lawan, agar tidak saling menyerang selama pertempuran Turki Ottoman-Byzantium.
5. Mehmet berpendapat, bahwa kota Rumeli yang terletak di selat Bosporus. Antara asia dan Eropa merupakan tempat yang strategis untuk menyiapkan pasukan. Terutama untuk pelayaran. Dengan menaklukan kota ini maka akan sangat membantu untuk menaklukan Constantinopel.


Jalannya peperangan

6 April 1453: Mehmet II sampai di pintu gerbang Constantinopel. Dia berorasi untuk membakar semangat prajuritnya, bahwa kemenangan Ottoman tinggal selangkah lagi, dan di sambut oleh teriak gemuruh dari para prajurit Ottoman. Sebaliknya tentara Byzantium juga semakin memperkuat barisan.

7 April 1453: Mehmet II Membagi angkatan daratnya menjadi tiga lapis. Garda depan adalah pasukan infanteri dan yanisari. Sedangkan lapisan dua dan tiga adalah pendukung. Sebagian mereka adalah pasukan artileri. Sementara Angkatan Laut disiagakan sebanyak 400 kapal perang,dengan dengan Meriam Orbannya.

Pertempuran akhirnya di mulai, tapi pertahanan Constantinopel terlalu kuat untuk di tembus. Di Tanduk Mas, kapal-kapal perang Ottoman mulai karam menabrak rantai-rantai besi besi yang di pasang mengelilingi Constantinopel. Angkatan laut Ottoman berusaha keras untuk mematahkan rantai-rantai tersebut, namun tidak berhasil.

Situasi semakin buruk dengan datangnya bala bantuan Byzantium dari angkatan laut Negara-negara Eropa Barat. Angkatan laut Turki semakin terdesak, Mehmet II mengganti Panglima Lautnya, Palta Oglu diganti oleh Laksamana Hamzah Pasha

18 April 1453: Turki ottoman berhasil menghancurkan benteng pertahanan Constantinopel yang berada di Lembah Lycos. Kaisar Constantin melakukan penawaran dengan memberikan daerah-daerah jajahan lain kepada Turki sebagai ganti Constantinopel, tapi Mehmet menolak, sebaliknya ia menawarkan perlindungan bagi seluruh warga Byzantium, termasuk kepada Constantin sendiri.

Selama satu bulan penyerangan belum ada hasil yang dicapai. Namun menjelang berakhirnya Bulan Purnama, Sultan mendapat ide untuk menarik kapal-kapal perangnya ke daratan.

Awalnya, ide ini dijalankan setengah hati oleh para prajurit, mereka menganggap sultan mereka telah gila karena tidak berhasil melakukan serangan laut. Namun sultan menjelaskan, selama ini kekuatan prajurit Constantinopel berasal dari keyakinan akan adanya “kekuatan bulan purnama”. Dan sekarang, bulan purnama telah lewat. Kapal-kapal itu akan ditarik dengan menggunakan kayu gelondongan dan minyak gorang sebagai rodanya.

Malam harinya, dengan diterangi bintang-bintang, kapal-kapal itu berlayar di daratan melintasi lembah dan bukit. Pagi harinya, 70 kapal perang yang tersisa telah berpindah lokasi melintasi tanjung emas, Besiktas dan Galata.

Rakyat Byzantium yang menyaksikan kapal-kapal yang berayar di daratan itu begitu terkejut, mereka mengira itu karena bantuan jin atau setan, sebagian dari mereka menggosok-gosok mata, mencubit pipi, untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi.



Bahkan seorang sastrawan Yoilmaz Oztuna mengatakan “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini. Muhammad Al Fatih telah menukar darat menjadi lautan dan melayarkan kapalnya dipuncak gunung. Bahkan usahanya ini mengungguli apa yang pernah diilakukan oleh Alexander The Great”.

29 Mei 1453: Pasukan Turki Ottoman melakukan serangan besar-besaran. Dengan dibantu pasukan dari Anatolia. Melihat Serangan ini, Gustiniani, salah seorang Jendral Byzantium menyarankan Constantin untuk mundur. Namun ia menolaknya, malah melepas baju perang nya dan pergi bertempur bersama para pasukannya, namun sampai akhir pertermpuran jasadnya tidak pernah ditemukan.

Pasukan Ottoman berhasil masuk benteng melalui pintu Edirne, kemudian Mehmet II berorasi di depan para rakyat Consantinopel, bahwa ia akan menjamin keamanan seluruh warga Constantine, termasuk harta, jabatan dan tempat peribadatan mereka.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2011 @ Bacaan Menarik!
Design by Wordpress Manual | Bloggerized by Free Blogger Template and Blog Teacher | Powered by Blogger