(IST)
INILAH.COM, Jakarta – Bakteri super dari India bisa menyebar ke seluruh dunia dan ilmuwan mengatakan hampir tidak ada obatnya. Peneliti menemukan gen disebut New Delhi Metallo-beta-laktamase atau NDM-1 pada pasien di Asia Selatan dan Inggris.
Pejabat kesehatan AS pada hari Rabu mengatakan terjadi tiga kasus di AS di mana semua pasien menerima perawatan medis di India, negara di mana sering jadi rujukan berobat. NDM-1 membuat bakteri sangat resisten terhadap hampir semua antibiotic, termasuk carbapenems. Para ahli mengatakan tidak ada obat baru untuk mengatasinya.
”Merupakan mekanisme khusus. Gen memberikan resistensi (terhadap antibiotik),” kata Dr Alexander Kallen dari Centers for Disease Control and Prevention AS di Atlanta dalam wawancara telepon seperti dikutip dari Yahoo.
Banyaknya orang mencari pengobatan alternatif murah membuat bakteri super ini cepat menyebar ke seluruh dunia, kata Timothy Walsh, pemimpin studi ini. “Hal ini merupakan masalah nyata global,” kata Walsh dari Britania Cardiff University.
Setelah antibiotik penisilin pertama diperkenalkan tahun 1940-an, bakteri menjadi resistens di mana mendorong peneliti mengembangkan generasi baru antibiotik.
Penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan memicu bangkitnya resistan “bakteri super”. Ini seperti Staphylococcus Aureus yang resisten terhadap Methicillin atau MRSA.
Penelitian yang muncul di jurnal Lancet Infectious Diseases pada Rabu menemukan NDM-1 menjadi lebih umum di Bangladesh, India, dan Pakistan dan juga diimpor ke Inggris oleh pasien yang menjalani perawatan.
“India menyediakan bedah kosmetik untuk orang Eropa dan Amerika, dan kemungkinan besar NDM-1 akan menyebar di seluruh dunia,” tulis para ilmuwan dalam penelitian ini.
Walsh dan tim internasional mengumpulkan sampel bakteri dari pasien rumah sakit Chennai dan Haryana India.
Mereka menemukan 44 bakteri NDM-1 di Chennai, 26 di Haryana, 37 di Inggris, dan 73 di Bangladesh, India dan Pakistan. Pasien Inggris terinfeksi NDM-1 setelah dirawat di India.
Para ahli menyebutkan dua obat dapat bertahan terhadap infeksi carbapenem yaitu colistin dan Pfizer Tygacil.
Ancaman yang meningkat memaksa pembuat obat besar mengembangkan antibiotik baru, termasuk Pfizer, Merck, AstraZeneca, GlaxoSmithKline dan Novartis.
Anders Ekblom, kepala pengembangan obat-obatan global di AstraZeneca mengatakan “nilai bagus” bagi investasi antibiotik baru. “Kita akui kebutuhan antibiotik baru semakin meningkat seiring perkembangan bakteri yang resisten terhadap antibiotik di mana NDM-1 merupakan salah satu contoh terbaru.
0 komentar:
Posting Komentar